Wajihah Sebagai Kendaraan Dakwah
Ada sekian juta alasan mengapa sistem kaderisasi sebuah wajihah kurang kuat, beberapa diantaranya adalah minimnya pemahaman akan manhaj (sistem) yang telah ada, visi pengkaderan yang tak jelas, disorientasi pengkaderan yang umumnya bersifat seremonial dan mengejar kuantitas ketimbang kualitas, serta minimnya peran tiap individu yang ada dalam wajihah dalam menguatkan proses pengkaderan.
Andai manhaj yang telah dibuat oleh pendahulu-pendahulu kita, maka sistem kaderisasi akan lebih kokoh serta punya tujuan jelas,di mana ketika sebuah manhaj dibuat , maka itu akan menjadi rujukan yang sesuai dengan kondisi dan kultur pengkaderan dalam sebuah wajihah, terlepas manhaj yang ada terlampau ‘termakan usia’, tapi dalam manhaj sendiri sudah menegaskan identitas, kedudukan serta posisi wajihah secara umum terlebih dalam proses pengkaderan.
Visi dari pemimpin wajihah yang belum jelas pun akan memengaruhi, di mana akan sangat membantu apabila adanya visi yang jelas dari qiyadah dalam wajihah tersebut, agar setiap langkah-langkah dalam proses pengkaderan tersebut berjalan sesuai dengan tujuan dan bersifat manhaji(sistematis), tidak serabutan atau asal-asalan.
Kemudian adalah disorientasi, yaitu umunya wajihah dalam proses pengkaderannya ‘terbuai’ dengan target jumlah kader yang melimpah, ketimbang menguatkan potensi kader-kader yang sesuai dengan manhaj dan serta visi misi seorang qiyadah atau wajihah itu sendiri.
Sekularitas Amanah
Terakhir adalah sekularitas amanah atau bisa dijelaskan dengan sebuah kutipan dari film Sang Murrabbi ”Ini amanah antum, ini amanah ente…”, ya begitulah kira-kira kondisi yang ada, dimana masalah pengkaderan itu tok diberikan secara ‘penuh’ kepada departemen kaderisasi, wa bil khusus orang-orang di dalamnya. Sedang yang tidak ‘berlabel’ kaderisasi lantas acuh tak acuh terkait agenda pengkaderan dan lebih ‘memilih’ terhegemoni oleh pekerjaan mereka yang dianggap sudah cukup menyulitkan.
Menuju Solusi
Menyoroti masalah-masalah sistem kaderisasi yang tak kunjung kuat di atas, dapat ditemukan beberapa solusi yang kiranya akan membantu upaya perbaikan sistem kaderisasi di dalam sebuah wajihah, antara lain :
Patuh Kepada Manhaj
Laiknya sebuah buku pedoman, maka manhaj adalah sebuah buku pedoman atau panduan yang mampu menggambarkan secara rinci mengenai identitas serta analisa sebuah wajihah, terlebih masalah pengkaderan. Dalam manhaj jelas tertera program, beserta tujuan, langkah-langkahnya serta kelengkapan lain yang terkait perekrutan, pembinaan dan serta pemberdayaan kader, maka membaca, memahami, menginternalisasi dan mengamalkan manhaj adalah sebuah keharusan agar sistem pengkaderan yang diharapkan itu hadir.
Tunjukkan Visimu
Menjabarkan visi sebuah organisasi sejak awal, utamanya di kepengurusan yang baru akan sangat membantu perumusan strategi yang tepat dengan medan dakwah yang ditempuh pada saat itu, selain sesuai manhaj juga sesuai dengan kondisi zamannya.
Kuantitas Melimpah, Kualitas Mantap
Dalam prosesnya, sesbuah sistem kaderisasi patutnya memiliki orientasi yang matang terkait kuantitas dan kualitas, yang dimana tidak ada dikotomi diantara keduanya, harus berimbang atau bisa dikatakan tidak timpang sebelah karena memiliki kader yang melimpah adalah sebuah kepatutan dan menjadikan kader-kader tersebut berkualitas adalah sebuah keharusan.
Kontribusi Bersama
Yang terakhir adalah pentingnya peran setiap orang yanga ada dalam sebuah wajihah, dimana mereka yang sudah merasakan berjamaah harus mampu juga berperan sebagai agen dakwah yang siap mengajak serta membina calon kader-kader baru yang kelak menjadi penerus generasinya, tidak saling egois dengan departemen masing-masing. Menghancurkan egoisme tersebut adalah sebuah keharusan demi terjaganya kesinambungan dalam proses pengkaderan serta pendistribusian amanah yang baik serta tepat.
Wallahu’alam.
Penulis : Muhammad Luthfi Ramadhan Abdul Rachman ITT Telkom, Bandung
Editor : SCE
Editor : SCE
Tidak ada komentar: